“justru itulah Budaya” Kata Dendra
“ia terbiasa tidak berwujud undang-undang atau dalil kitab suci. Namun nilai-nilainya kerap kali melekat dalam pikiran masyarakat. Tidak tertulis, tapi wajib kita ta’ati” tambah Dendra.
Sejatinya Tarmin paham betul apa yang dikatakan Dendra. Tarmin sebenarnya enggan untuk menjual berkat kondanganya itu. Namun apa yang ia bisa perbuat? nafasnya masih terasa berat, otaknya tak mampu lagi berfikir jernih. Asap tembakau masih menjadi candu bagi paru-parunya. Sedangkan yang dimilikinya hanya sekotak bingkisan berisi beberapa buah Roti. Tidak mungkin juga Tarmin menambahkan bon hutang rokok di warung bu ning. Hutang lima hari yang lalu saja belum Ia lunasi.
“bagini saja, kamu tidak mau kan mengorbankan budaya?” ujar Tarmin kepada Dendra “iya kang” jawab dendra
“yasudah. Berkat ini buat kamu, tidak jadi saya jual. Buat kamu saja, asal kamu belikan aku satu bungkus rokok kretek di warung bu ning ini” kata Tarmin mencoba membuat kesepakatan dengan Dendra.
“kalau itu masalahnya. Berkat ini biar kang Tarmin bawa pulang saja. Masalah rokok, sampean bisa ambil ini saja. Saya masih punya beberapa batang, selama kang Tarmin duduk disini bersama saya. Silahkan kang tarmin nikmati sepuasnya rokok ini” Dendra menjawab sambil menyodorkan bungkusan rokok ke arah Tarmin.
“ini baru budaya. Budaya kita adalah budaya mengasihi sesama dan hormat kepada orang tua. Untuk kali ini kamu saya acungi jempol, Dendra” ujar Tarmin ditambah acungan jempol untuk dendra. Tarmin pun mengambil satu batang rokok milik Dendra dan segera menyulutnya. Nafas Tarmin lega, otaknya mulai segar, akhirnya paru-paru tarmin bisa terpenuhi oleh nikotin, Hidup Tarmin terasa lebih sempurna. Berkat yang Ia dapat dari kondangan, masih bisa Tarmin bawa pulang untuk keluarganya.
Tentang penulis :
Pri Jakaria adalah Seorang Aktivis pendidikan | Experiential Learning designer | Pendamping belajar di SKI NUFA Cempaka | Inisiator Gerakan KURIKULUM RUMAH | Konselor Bakat.
Redaksi korantegal.com menerima tulisan untuk dimuat dirubrik cipok (moci dan ndopok), tulisan tersebut bisa berupa Opini, Cerpen, Pengetahuan, Wacana, dll.
Kirim artikel tersebut ke redaksikorantegal@gmail.com
Isi dari tulisan bukan tanggungjawab Redaksi.
