“ini Berkat, Mau saya jual. Kamu mau beli? Berapapun, asal bisa untuk beli rokok” Tarmin menjawab pertanyaan Dendra.
“lho..lho..lho, bukan kah ini berkat kondangan? Kok di jual?” Dendra menjawab kaget
“memangnya kenapa? apapun boleh di jual dan boleh dibeli, sesuai hukum Suply dan Demand.
Hukum ekonomi dasar itu, Masa kamu tidak tahu hal itu” Tarmin menjelaskan dengan sedikit teori ekonomi. Tarmin sadar yang dihadapinya itu adalah seorang sarjana baru, jadi gaya bicara Tarmin berusaha menyesuaikan diri.
“saya punya tebakan kang. Apakah itu sesuatu yang boleh di berikan tapi tak boleh di jual?” Dendra memberikan perntanyaan ke Tarmin.
“ya Berkat” jawab tarmin singkat.
“itu tebak-tebakan sudah lama. Kamu kira aku tidak tau jawabanya” Tarmin menambahkan jawabannya.
“nah itu sampean tau. Jadi kenapa sampean mau menjual Berkat itu, lebih baik kang Tarmin berikan saja. Kebetulan saya pengin makan roti” Dendra memberikan penjelasan ke Tarmin.
“itu sih dasar mau mu saja” Tarmin menjawab dengan muka merengut.
“ini bukan soal Tebak-tebakan saja kang. Tapi ini juga urusan Budaya. Namanya juga berkat. yang kang tarmin terima itu mengandung kebaikan, jadi tidak baik kalau kang Tarmnin Menjualnya” Ujar Dendra.










